38°C
July 4, 2024
News

Mengungkap misteri laut dalam di perairan Indonesia

  • May 24, 2024
  • 3 min read
[addtoany]
Mengungkap misteri laut dalam di perairan Indonesia

Pemahaman manusia terhadap laut masih terbatas meski mencakup sekitar 70 persen permukaan bumi.

Namun, visibilitas nol terhadap tekanan air yang kuat menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan kegiatan penelitian eksplorasi.

Meizani Irmadhiany tertegun sejenak mengenang kunjungannya bersama pemerintah Indonesia dan mitranya saat memasuki kapal penelitian kelautan OceanX yang berlabuh di Dubai, Uni Emirat Arab, pada akhir November 2023.

Dua kapal selam kuning berkilauan, memantulkan sinar matahari. Udara segar sebelum musim dingin bercampur dengan aroma air laut.

“Saat kami masuk ke kapal OceanX, ada dua kapal selam yang mampu menampung dua orang, dengan jarak jelajah hingga seribu meter,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, awal Mei 2024.

Irmadhiany, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Konservasi Indonesia, mengatakan Indonesia sedang melakukan misi penelitian selama tiga bulan bersama organisasi nirlaba Ocean Xplorer untuk mengungkap misteri di bawah laut.

Proyek eksplorasi dimulai dari Pulau Sambu di Batam dan berakhir di Teluk Tomini di Sulawesi Utara.

Topik penelitian

Pada 7 Mei 2024, pukul 11.00 WIB, jangkar kapal OceanX yang tertambat di dasar laut Pulau Sambu, Batam, perlahan mulai ditarik ke atas. Baling-balingnya bergerak mengaduk air laut sehingga menimbulkan buih putih dan mendorong kapal meninggalkan pelabuhan.

Ekspedisi diawali dengan berbagai pertanyaan seputar misteri laut dalam.

Sebanyak 12 peneliti Indonesia mengikuti misi yang memulai rute pertamanya dari Batam hingga Aceh. Jumlah peneliti berbeda-beda untuk setiap jalur pelayaran. Mereka berasal dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Konservasi Indonesia, dan perguruan tinggi.

Peneliti Ekologi Kelautan dari Konservasi Indonesia Jimy Kalther menyoroti tiga topik yang digarap dalam proyek penelitian kelautan tersebut, yang pertama adalah ilmu kebumian atau geosains yang dipimpin langsung oleh BRIN, dan yang kedua adalah topik penelitian tentang oseanografi yang dipimpin oleh Institut Pertanian Bogor ( IPB), dan yang ketiga adalah eksplorasi keanekaragaman hayati dan perikanan yang dipimpin oleh Conservation Indonesia.

Para ilmuwan akan memetakan struktur bawah laut dan berbagai keanekaragaman hayati dalam jalur eksplorasi yang akan berlangsung hingga akhir Agustus 2024. Mereka juga akan mencatat spesies mana saja yang memiliki manfaat ekonomi bagi umat manusia.

“Kami bekerja sama dengan BRIN dan perguruan tinggi mulai dari proses penelitian, uji coba, hingga pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian tersebut,” kata Kalther.

Ekspedisi penelitian laut dalam ini berlayar melalui lima rute, dimulai dari Batam hingga Aceh sepanjang Selat Malaka, dengan fokus penelitian ilmu kebumian untuk mempelajari substrat dasar laut dan struktur bawah laut, khususnya pasca gempa dan tsunami yang melanda Aceh dua dekade lalu. .

Jalur kedua dan ketiga dari Aceh menuju Padang disusul jalur Padang-Jakarta. Kedua jalur ini merupakan misi utama dan terpanjang untuk penelitian wilayah pengelolaan perikanan atau WPP 572.

Pada jalur tersebut, peneliti akan mempelajari aspek oseanografi, ilmu kebumian, keanekaragaman hayati, dan perikanan.

WPP 572 meliputi perairan Samudera Hindia di Pulau Sumatera bagian barat dan Selat Sunda. Wilayah perairan ini mempunyai sumber daya perikanan yang cukup besar, khususnya kelompok ikan pelagis, seperti tuna mata besar, cakalang, kerang, tenggiri, dan tuna sirip kuning.

Penelitian mengenai WPP 572 sejauh ini masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan wilayah perikanan lain di Pulau Jawa dan Sulawesi. Tantangan teknologi dan faktor alam menghambat penelitian WPP 572.

About Author

Stacy Stevens